Senin, 30 Desember 2024

Feasibility Study Bisnis Pesantren


Feasibility Study Bisnis Pesantren

Penulis: Irfan Soleh


Kami dipanggil oleh Ketua Umum Hamida beserta beberapa Kyai Muda untuk membahas rencana program kerja tidak hanya departemen ekonomi tetapi juga sinergi dan kolaborasi antar departemen. banyak sekali potensi bisnis yang bisa dilakukan, namun biasanya kami di Pesantren Raudhatul Irfan yang didalamnya terdapat IRFANI BUSINESS CONSULTING tahapan yang harus dilakukan sebelum melangkah lebih jauh adalah membuat feasibility study. Membuat feasibility study (studi kelayakan) melibatkan proses sistematis untuk mengevaluasi potensi suatu proyek atau usaha sebelum dijalankan. langkah-langkah apa yang harus dilakukan? bisa tidak berikan satu contoh analisisnya? 

Format Feasibility Study dimulai dengan Halaman Judul: Nama proyek, penyusun, dan tanggal penyusunan. Kemudian Daftar Isi agar Membantu pembaca memahami struktur dokumen yang didalamnya terdapat delapan bab yaitu Bab 1: Pendahuluan, Bab 2: Analisis Pasar, Bab 3: Analisis Teknis, Bab 4: Analisis Keuangan, Bab 5: Analisis Hukum, Bab 6: Analisis Sosial dan Lingkungan, Bab 7: SWOT dan Rekomendasi dan Bab 8: Kesimpulan. Format ini masih sangat umum ya, untuk mengetahui bagaimana cara membuat FS yang detail silahkan hubungi IRFANI BUSINESS CONCULTING ya. Kemudian ada beberapa Tips dalam Penyusunan Feasibility Study yaitu Pertama, Kumpulkan Data yang Valid: Gunakan data terbaru dan terpercaya untuk mendukung analisis. Kedua, Libatkan Ahli: Konsultasikan dengan ahli di bidang terkait, seperti finansial, teknis, atau hukum. Ketiga, Fokus pada Objektivitas: Hindari bias dalam mengevaluasi kelayakan proyek. Keempat, Gunakan Visualisasi Data: Tampilkan tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas analisis.

Saya mencoba menghitung perputaran ekonomi dari Pesantren dengan 5.000 santri menghasilkan pendapatan langsung Rp18 miliar per tahun dari biaya bulanan santri yang hanya sebesar Rp. 300.000. Kemudian ditambah uang jajan untuk cemilan atau minuman misalnya diangka 5000 rupiah saja bisa menghasilkan kurang lebih Rp 9 Milyar pertahun, untuk kebutuhan kitab, seragam, alat tulisan misalnya diangka 200.000 rupiah per bulan bisa menghasilkan Rp 12 Milyar Pertahun, untuk kebutuhan asrama dan perlengkapan pribadi misalnya 150.000 rupiah per bulan bisa menghasilkan Rp 9 Milyar pertahun. Dampak ekonomi secara keseluruhan jauh lebih besar, mencapai Rp 48 miliar per tahun. bayangkan berapa unit usaha yang bisa dibuat hanya untuk memenuhi kebutuhan satu pesantren saja yang mempunyai 5000 santri, syaratnya pengelolaan ekonomi nya harus bersatu berjamaah jangan dipecah-pecah oleh internal keluarga jika ingin skala ekonominya besar dan bisa punya dampak yang besar.

Perhitungan diatas hanya untuk satu pesantren saja contohnya Miftahul Huda Pusat yang mempunyai 5000 bahkan 6000 santri, saya membayangkan jika Miftahul Huda pusat memberi contoh pengelolaan ekonominya bersatu dan berjamaah sehingga skala ekonominya menjadi besar, maka hal tersebut akan menjadi contoh atau uswah hasanah bagi pesantren dibawah Himpunan Alumni Miftahul Huda atau Hamida dan bisa menjadi magnet bagi pesantren-pesantren alumni untuk kemudian sama-sama berhimpun dalam holding company yang didirikan Hamida dan secara otomatis akan terus memperbesar skala ekonominya. Dampak positif dari skala ekonomi yang besar adalah efisiensi biaya, peningkatan daya saing, punya kemampuan untuk diversifikasi, punya posisi pasar yang kuat, dan tentunya akan berdampak pada kesejahteraan. Pertanyaannya adalah mau menjadi besar atau tetap terpecah-pecah dan selamanya kecil? 


Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 31 Desember 2024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar