Penulis : Irfan Soleh
Liburan santri Pesantren Raudhatul Irfan telah usai, Semuanya sudah kembali mengaji namun belajar di sekolah belum mulai. Lagi-lagi kreatifitas dan inovasi kami sebagai pendidik kembali diuji yaitu dengan bagaimana caranya menyiapkan beragam kegiatan yang menghibur juga mendidik karena memulai belajar setelah libur panjang itu tidak mudah perlu pemanasan terlebih dahulu. Dua kegiatan yang kami siapkan yaitu bedah film pendek bersama aktor nasional dan yang kedua festival kaulinan barudak. keduanya dibingkai dalam acara Irfani Student Capacity Building. bagaimana keseruan dua kegiatan tersebut? apa manfaat yang di dapatkan para santri?
Diary Danar adalah film karya para santri Raudhatul Irfan, film pendek perdana yang menceritakan perjuangan awal masuk pesantren. Alhamdulillah banyak respon positive dari para penonton dari mulai yang termotivasi untuk masuk pesantren hingga yang merasa terharu dan menangis bahagia karena pernah merasakan apa yang dialami danar. Film Diary Danar kemudian kami bedah pada Irfani Student Capacity Building bersama sahabat saya Aditya Lakon, santri yang berprofesi sebagai aktor. Kang Adit pernah melakukan kolaborasi international ke Jepang hingga main di beberapa film seperti Sang Kyai, Baby Blues (2021) dan Tumbal Kanjeng Ratu Iblis (2022)
Kang Adit membedah Film pendek Diary Danar dari sisi teknis seperti angle kamera, karakter aktor, logika, hingga tugas dari Produser dan Sutradara. Sutradara adalah orang yang memberi arahan dan bertanggung jawab atas masalah artistik serta teknis dalam pementasan drama, pembuatan film dan sebagainya sedangkan produser bertugas menyediakan dana untuk proses pembuatan film, mempekerjakan sutradara, tim kreatif, penulis naskah dan tim pendukung lainnya. Masukan kang Adit untuk film diary danar cukup banyak pada tataran teknis namun overall bagi pemula dianggap karya luar biasa
Kegiatan kedua adalah Festival Kaulinan Barudak. Kegiatan ini berkolaborasi dengan Tim Sakola Motekar. dimulai dengan Permainan sorangan-sorangan; tangtang kolentang dan sur ser sur ser dipadu dengan senam otak. Ditambah tarian menanam padi. Dilanjut dengan Permainan duaan-duaan; salam sabrang. Permainan tiluan-tiluan; perepet jengkol. Permainan opatan-opatan; endog-endogan. Permainan limaan - limaan; cing ciripit. kemudian diakhiri dengan Ragam permainan sarung; sasarungan, nininjaan, totopian, momonyetan, oorokan, paparahuan.
Meskipun kondisi hujan namun para santri sangat bersemangat dan termotivasi mengikuti beragam permainan tradisional tersebut karena ternyata sarat makna dan filosofi. Permainan (kaulinan) traditional mengajarkan kebersamaan, kejujuran, kekompakan, leadership, dan karena banyak gerak jadinya membuat anak-anak sehat. Permainan paciwit-ciwit lutung mengajarkan untuk berempati, merasakan penderitaan orang lain, mengajarkan untuk berprilaku baik pada orang lain, dan mengajarkan bahwa apapun yang kita perbuat akan kembali pada diri kita sendiri. Banyak pelajaran, hikmah dan filosofi dari permainan tradisional, dan itulah kenapa kami mendekatkan kembali kaulinan barudak kepada para santri.
Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 8 Januari 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar