Selasa, 06 September 2022

Metode Memahami Kitab Kuning; Qowaid, Mufrodat dan Tathbiq

 

Metode Memahami Kitab Kuning; Qowaid, Mufrodat dan Tathbiq

Penulis : Irfan Soleh

Hasil Penelitian L.W.C Van Den Berg (1886) Kitab Kuning yang ada di Pesantren Jawa dan Madura terdapat sekitar 54 Judul sedangkan menurut Martin Van Bruinessen terdapat 900 judul. Rata-rata santri zaman sekarang mesantren sesuai jenjang sekolah 3 tahun jenjang SMP atau ibtida, 3 tahun jenjang SMA atau tsanawi, dan 4 tahun jenjang Ma'had Ali atau kuliah sehingga kebanyakannya maksimal 10 tahun. Tidak semua kitab bisa terkaji dalam rentang waktu tersebut sehingga perlu ada metode agar santri tetap bisa membaca khazanah keilmuan para ulama yang sangat banyak. Dr. Abdul Haris, M.Ag, pengasuh pesantren al Bidayah, menjelaskan 3 kata kunci untuk memahami kitab kuning yaitu Qowa'id, Mufrodat dan Tathbiq, apa maksud dari ketiga kata kunci tersebut? Dimana peran Metode Irfani yang kita kembangkan di pesantren Raudhatul Irfan Ciamis?


Qowaid merupakan jama dari kata qaidah yang berarti aturan. Qowaid yang dimaksud disini adalah Qowaidullugotilarobiyah yaitu aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang terdapat dalam menyusun kalimat bahasa Arab, di mana cabang dari ilmu qawaid ini sangat banyak diantaranya adalah ilmu nahwu dan sharaf. Dalam konteks ilmu Nahwu, Kitab yang biasa dikaji dipesantren yaitu Jurumiyah, Imrithi dan Alfiyah Ibn Malik sedangkan ilmu shorofnya yaitu kitab Amtsilah Tasrifiyah, Nadzmul Maqsud dan Kaelani. Peran Metode Irfani dalam aspek Qowaid adalah sama-sama mempelajari kitab-kitab diatas hanya saja metode pengajarannya memakai mind mapping kitab kuning sehingga memudahkan santri memahami ilmu nahwu dan shorof. Mind mapping tersebut memudahkan perbandingan beberapa kitab syarahnya


Tidak cukup hanya dengan penguasaan Qowaid, Para santri juga harus banyak mengetahui mufrodat atau arti kata dari kitab yang dikaji. Disini peran sentral 'ngalogat' (memaknai kitab kuning) baik per kata maupun terjemah bebas. Metode Bandungan yang biasa dilakukan dipesantren itu harus bisa menambah perbendaharaan mufrodat para santri. Indikator penguasaannya ada metode sorogan dimana santri menyetorkan bacaan kitab kosongan kepada guru atau pembimbingnya. Peran Metode Irfani dalam konteks mufrodat adalah para santri bisa mengkombinasikan metode bandungan dan sorogan dalam satu waktu sehingga meskipun waktu pengajian nya terpotong waktu sekolah target kitab nya tetap tercapai. Kelebihan lainnya kitab kuning metode irfani diterjemahkan kedalam 3 bahasa yaitu Sunda, Indonesia dan Inggris. 


Setelah menguasai Qowaid dan banyak mengetahui mufrodat sesuai kitab yang dikaji, selanjutnya adalah Tathbiq. Kata tathbiq berasal dari bahasa arab Tho-ba-qa yang berarti pelaksanaan atau penerapan. Santri harus sering menerapkan Qowaid yang diketahuinya kedalam beragam kitab. Santri harus sering praktik baca kitab agar tidak hanya sebatas mengetahui qowaid nahwu dan shorof tetapi juga bisa menerapkannya kedalam kitab-kitab yang mungkin saja tidak terkaji sewaktu mondok di pesantren. Semakin sering praktek maka skill baca kitabnya akan semakin terasah. Di bagian akhir kitab kuning metode irfani disediakan matan kitab kosongan agar para santri terbiasa melakukan tathbiq. Para santri harus terus menajamkan pemahaman Qowaidnya, menambah perbendaharaan mufrodat dan terus melakukan tathbiq maka insya Allah santri tersebut akan bisa memahami kitab kuning.


Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis , 6 September 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar