Smart Farming & Smart Farmer
Penulis : Irfan Soleh
Beberapa Pesantren mendapatkan Program Sosial Bank Indonesia untuk kemandirian ekonomi pesantren berupa Greenhouse dan sarana Smart Farming. Menariknya Bank Indonesia terus memantau perkembangan Greenhouse tersebut bahkan memberikan program-program lainnya seperti capacity building para pengelola nya agar kemandirian ekonomi pesantren betul-betul terwujud. Tulisan ini ingin mengulas terkait apa yang kami dapatkan program Capacity Building yang dilaksanakan 3 hari dan tidak hanya teori namun kami melihat secara langsung praktik di lapangan sehingga ikut andil dalam membaca dan menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh pengelola sarana Smart Farming. Apakah benar Smart Farming saja tidak cukup namun juga harus Smart Farmer? Apa yang dimaksud smart farming dan smart farmer?
Smart farming bisa kita maknai dengan sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas. Setidaknya ada 3 bidang teknologi yang harus diketahui petani yaitu Sistem Informasi Manajemen, Presisi dan Automasi Pertanian. Petani harus bisa menggunakan teknologi untuk mengetahui data atau informasi misalnya mengenai status hara tanah, kelembaban udara, kondisi cuaca, intensitas cahaya, kandungan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, penggunaan pupuk yang pas sesuai kebutuhan, dan beragam informasi lainnya kemudian data-data tersebut diolah bahkan beberapa hal bisa di automasi kan dengan perangkat atau platform tertentu. Data-data dan alat tersebut nantinya akan membantu petani mendapatkan hasil panen yang baik sesuai harapan dan mensejahterakan.
Bank Indonesia menggandeng perusahaan dibidang teknologi pertanian salah satunya adalah PT Habibi Digital Nusantara. Kami melihat dan mempraktekan secara langsung salah satu produknya yaitu HabibiGrow. Habibi Grow adalah alat menjadi otak utama dalam melakukan aktivitas pemeliharaan tanaman seperti penyiraman tanaman dan pendinginan Greenhouse secara otomatis. Alat ini dapat beroperasi secara Online dan Offline. Permasalahan yang kami temukan dilapangan ternyata Greenhouse dengan peralatan yang terkategori smart farming saja itu tidak cukup. Ada faktor yang lebih penting dari peralatan dan sistem smart farming yaitu smart farmer. Petani atau sdm yang cerdas dalam arti sumberdaya manusia yang bisa mengoptimalkan sistem smart farming tersebut itu lebih penting. Menemukan santri yang terkategori smart farmer itu tidak mudah.
Temuan menarik kemarin dilapangan, ada sebuah pesantren yang memiliki smart farmer yang tanpa smart farming saja ia sudah bisa menghasilkan produk pertanian yang berkualitas. Sehingga tugas kita kedepan adalah mengkader beberapa santri untuk mendalami ilmu pertanian. Kombinasi ilmu, pengalaman, mau terus belajar, keuletan, dan juga kesabaran lah yang membuat santri bisa terkategori petani yang cerdas atau smart farmer. Ilmu, kreatifitas dan Inovasi smart farmer yang akan bisa mengoptimalkan sistem smart farming. Tanpa ada smart farmer, Greenhouse yang lengkap dengan sistem smart farmingnya hanya tampak megah dengan nilai ratusan juta saja tapi tidak bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas pertaniannya. Tanpa smart farmer, sistem smart farming tidak berguna bahkan sia-sia jauh dari cita-cita mensejahterakan. Sekali lagi tugas kita mendidik santri menjadi santri yang smart, kreatif, inovatif diberbagai bidang salah satunya dibidang pertanian sehingga bisa mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren.
Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis, 1 September 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar