Shiddiq, Ikhlas dan Sabar
Penulis : Irfan Soleh
Menjadi pelayan pesantren itu tidak mudah, kita berhadapan dengan beragam sifat dan karakter santri, wali santri, guru-guru dan masyarakat sekitar pesantren. Kita harus memikirkan pembangunan sarana dan prasarana yang memadai, harus istiqomah belajar dan mengajar, sering silaturahmi melalui organisasi dan lain sebagainya. Itu baru hubungan yang sifatnya hablumminannas belum lagi kita harus terus memperbaiki hubungan kita dengan Allah SWT. Tentu saja kita berharap semuanya dicatat sebagai amal sholeh dan bentuk penghambaan kepada Allah SWT. Menurut Syekh Abdul Qodir Isa didalam kitab Haqaiq at tasawuf semua amal dianggap belum sempurna kecuali disertai sifat shidiq, ikhlas dan Sabar. Jika tiga sifat ini tidak ada, maka amal dianggap rusak dan tidak akan diterima. Mari kita bahas ketiga sifat tersebut secara ringkas satu per satu.
Syekh Zakaria Al Anshari menyebutkan bahwa shiddiq memiliki tiga tempat. Shiddiq dalam lisan yaitu mengatakan sesuatu yang sesuai dengan kenyataan. Shiddiq dalam hati adalah tekad yang kuat dan shiddiq dalam perbuatan yaitu melakukan sesuatu dengan penuh semangat dan kecintaan. Dalam pandangan kalangan sufi, shiddiq adalah sifat yang membangkitkan ketetapan hati, kebulatan tekad, dan kemauan keras untuk menaiki tangga-tangga kesempurnaan dan membebaskan diri dari segala akhlaq yang rendah dan tercela. Sifat shidiq diibaratkan sebagai pedang yang dapat memotong tali-tali yang menghalangi perjalanan kita menuju Allah SWT. Sifat shidiq harus ada dalam setiap maqam perjalanan menuju Allah SWT karena sifat shidiq bisa menjadi kekuatan pendorong dan penggerak. Mari kita terus berupaya memakmurkan hati kita dengan sifat shidiq agar terpancar dari dalamnya kemauan keras dan semangat dalam perjalanan kita menuju Allah SWT.
Kemudian sifat yang kedua adalah ikhlas. Menurut Abu Qasim al Qusyairi dalam kitab ar-Risalah al-Qusyairiyah, ikhlas adalah memurnikan perbuatan dari pandangan makhluq. Menurut Ibnu Ujaibah, ikhlas itu ada 3 tingkatan; 1) ikhlas orang awwam yaitu mengesampingkan makhluq dari mu'amalah dengan Tuhan seraya memohon ganjaran duniawi dan ukhrowi. 2) ikhlas orang khowwas yaitu memohon ganjaran ukhrowi tanpa duniawi. 3) ikhlas orang khowwashul khowwas yaitu mengesapingkan kedua jenis ganjaran diatas. Ibnu Athoillah mengatakan bahwa amal ibadah itu ibarat raga yang berdiri, dan rohnya adalah adanya rahasia ikhlas didalamnya. Intinya ikhlas adalah penjernihan amal dari segala penyakit dan noda, baik sumbernya berkaitan dengan makhluq, seperti mengharap pujian dan sanjungan mereka, serta menghindari cacian dan celaan mereka, maupun sumbernya berkaitan dengan amal itu sendiri seperti terpedaya dengannya dan memohon kompensasi darinya.
Sifat yang ketiga yang harus kita miliki adalah sabar. Raghib al Ashfihani mendefinisikan sabar sebagai menahan diri berdasarkan apa yang diharuskan oleh akal dan syariat, atau menahan diri dari apa yang diharuskan oleh keduanya untuk ditahan. Sabar menurut para ulama bermuara pada tiga macam yaitu sabar dalam menjalani ketaatan, sabar terhadap maksiat dan sabar dalam menghadapi musibah. Ibnu Ujaibah membagi sabar kedalam tiga tingkatan; 1) sabar orang awwam yaitu menahan hati dalam menghadapi pahit getirnya menjalankan ketaatan dan menolak pelanggaran. 2) sabar orang khowwas yaitu menahan diri dalam menjalankan riyadhoh dan mujahadah dengan terus melakukan pengawasan terhadap hati agar senantiasa konsentrasi dan memohon terbuka hijab-Nya. 3) sabar khowwashul khawwas yaitu menahan roh dan hati dalam musyahadah di hadirat-Nya. Semoga kita bisa terus mengupayakan ketiga sifat diatas dalam menjalani amanah menjadi pelayan pesantren yaitu sifat shidiq, ikhlas dan sabar, karena ketiganya merupakan elemen dasar dalam perjalanan menuju Allah SWT.
Materi Riyadhoh malam jum'at 2 Juni 2022 @ Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar