Desain Sekolahnya Manusia
Penulis : Irfan Soleh
Irfani Teacher Capacity Building edisi Senin 30 Mei 2022 mengangkat tema Desain Sekolahnya Manusia. Tema ini berdasarkan materi yang saya dapatkan dari Pak Munif Chatib baik dari program Guardian Angel maupun buku-buku beliau. Sekolahnya Manusia berupaya mencari solusi terhadap beragam persoalan yang dihadapi sekolah bahkan pendidikan secara umum yang ada di Indonesia. Seperti ada beberapa elemen sistem pendidikan kita yang masih kurang sejalan dengan sistem pendidikan yang proporsional, pemahaman yang salah tentang makna sekolah unggul, proses penilaian hanya dilakukan secara parsial pada kemampuan kognitif yang terbesar, masih belum menggunakan penilaian autentik secara komprehensif dan masih banyak lagi. Bagaimana tawaran solusinya?
Sistem pendidikan yang kurang proporsional yang dimaksud Pak Munif Chatib adalah proporsional yang tidak hanya seimbang namun juga manusiawi. Secara teoritis, sistem pendidikan yang tidak proporsional tersebut terdapat pada alur pendidikan, mulai dari input, proses dan output. Input adalah bagaimana pandangan kita terhadap penerimaan siswa baru. Apakah dibatasi hanya yang pintar saja yang boleh masuk atau inklusiv siapapun boleh masuk dan yang membatasi hanya kuota kemampuan sekolah saja karena semua siswa berhak untuj dapat bersekolah dan menerima pendidikan. Kemudian proses adalah terkait dengan bagaimana kita sebagai pendidik bisa merubah peserta didik menjadi lebih baik dari sebelumnya tentu kaitannya dengan strategi pembelajaran dan lain-lain. Selanjutnya output adalah bagaimana proses pengambilan nilai terhadap aktifitas pembelajaran yang adil dan manusiawi
Kedua terkait dengan sekolah unggul. Sekolah unggul itu bukan yang menyeleksi siswa yang akan masuk secara ketat atau istilahnya the best input tetapi sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran bukan pada kualitas input siswa nya. Kualitas proses pembelajaran bergantung pada kulitas guru sekolahnya. Sekolah yang unggul adalah sekolah yang para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik bagaimanapun kualitas akademis dan moral yang peserta didiknya miliki. Sekolah yang guru-gurunya mampu mengubah kualitas akademis dan moral siswanya dari buruk menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik lagi, itulah sekolah yang unggul. Karena pada prinsipnya tidak ada siswa yang bodoh, semua anak adalah bintang, semua punya potensi untuk bisa berubah menjadi lebih baik sehingga kita harus dengan senang hati menerima siswa tanpa pandang bulu.
Setelah kita memberlakukan inklusivitas pada sisi inputnya, kemudian kita masukan kedalam ragam ikhtiar proses pendidikan selanjutnya penilaiannya pun harus komprehensif, yang diukur tidak hanya kognitifnya saja tetapi juga afektif dan psikomotoriknya. Apalagi pada sekolah yang berbasis pesantren yang memahami tugas kerosulan yang terdiri dari tilawah, tazkiah dan ta'lim yang bisa kita hubungkan dengan penilaian autentik diatas. Jadi penilaian yang dilakukan guru harus memuat keseimbangan tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian kognitif dilakukan setelah siswa mempelajari satu kompetensi dasar yang harus dicapai, penilaian afektif dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik didalam maupun diluar kelas. Penilaian psikomotorik dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar. Jadi penilaian outputnya harus dilihat secara komprehensif tidak parsial. Terakhir gurunya manusia, kurikulumnya manusia, kelasnya manusia dan lainnya menentukan desain sekolahnya manusia.
Smpit Irfani Qbs Smait Irfani Qbs , 30 Mei 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar