Senin, 29 November 2021

Manaqiban dan Novel Para Ajengan


" Manaqiban dan Novel Para Ajengan "

Penulis : Irfan Soleh

#Alhamdulillahwabismillah 


    Manaqiban adalah membaca, mengkaji dan memperingati riwayat hidup. Menurut Buku Amaliah Manaqib,  Membaca, mendengarkan, mengetahui atau memperingati segala sesuatu yang berhubungan dengan riwayat hidup sahabat Nabi Muhammad SAW, para ulama tabi'in, ulama mujtahidin, Awliya Allah dan lainnya dengan tujuan untuk diikuti keteladanannya itu dianjurkan oleh Agama.
    Dalil Qur'annya adalah QS Yusuf ayat 111 : "Sungguh pada kisah mereka adalah mengandung suri tauladan bagi orang yang berakal". Begitupun QS Luqman ayat 15 menganjurkan kita mengikuti langkah orang yang dekat dengan Allah. Rosululloh SAW pun bersabda: " memperingati orang-orang sholeh akan memperoleh kifarat dosa dan pada peringatan tersebut akan turun rahmat dan memperoleh barokah.
    Kehadiran Novel-novel Para Ajengan seperti Novel Pembuka Hidayah, Novel yang bercerita tentang Kisah perjuangan Uwa Ajengan juga Novel Cahaya Muhsin, Novel Biografi KH. A. Wahab Muhsin dan buku-buku biografi para kyai lainnya bisa dibaca sebagai bentuk membaca dan mengkaji sejarah perjuangan para kyai dan manfaatnya sangat besar bagi kami para santri agar bisa meneladani para jejak langkah Guru-guru kami.
    Contoh kutipan di Novel Pembuka Hidayah yang harus kita perhatikan adalah ketika Uwa Ajengan menyadari perjuangannya selama 12 tahun hidup dari hutan ke hutan berjuang demi menegakan syariat islam dimana tujuannya hanya satu yaitu Indonesia berdaulah dengan syariat Allah dan ternyata Uwa Ajengan menyadari bahwa cara yang ditempuhnya adalah salah karena memperjuangkan syariat Allah bukan dengan peperangan dan saling bunuh sesama saudara seiman. Uwa Ajengan menyadari Ijtihadnya keliru.
    Lantas bagaimana cara membumikan syariat islam di Indonesia?  Jawabannya ada dalam kutipan-kutipan novel pembuka hidayah buku kedua "Cara yang mesti dilakukan adalah bersabar dalam irama kehidupan melalui evolusi pendidikan. Bukan revolusi! Bukan!. Perubahan yang sedikit demi sedikit, setahap demi setahap, alon-alon asal kelakon." " saya akan mendirikan pesantren! Saya harus mendirian pesantren! Harus! Pesantren adalah medan jihadku kedepan. Bukan hutan! Bukan gunung! Bukan! Pesantren adalah medan jihad!".
    Ruhul jihad kita menggebu-gebu ketika baca Novel Pembuka Hidayah. Begitupun dengan Novel Cahaya Muhsin banyak sekali keteladanan yang bisa kita dapatkan misalnya disebutkan bahwa Ajengan Sukahideung adalah Seseorang yang tangguh dalam membaca, sehingga seharusnya kita sebagai para pembaca apalagi sebagai alumni pesantrennya harus bisa mengikuti jejak langkah beliau yaitu tiada hari tanpa membaca. Begitupun ketika Novel tersebut menampilkan Kreatifitas Ajengan Sukahideung dalam mencari solusi permasalahan masyarakat tentu itu adalah keteladanan yang luar biasa buat kita.
Begitu banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari membaca sejarah para ulama. Di dalam kitab Tabahirot al Fashilin an Ushul al Wasilin disebutkan bahwa Sunnat Hukumnya kita membaca dan mengkaji riwayat hidup para ulama, para auliya, para sholihin, para mujtahidin kemudian diiringi rasa cinta dan mengharap barokah. Didalam kitab Jami'ul Ushul pun disebutkan bahwa Kisah dan keadaan ahli-ahli ma'rifat adalah tentara Allah yang dengannya Allah menguatkan hati para murid. Bagi saya pribadi Membaca Novel Para Kyai di tengah editing buku-buku kitab kuning metode irfani adalah 'hiburan' yang bergizi tinggi...ketika semangat kita turun langsung naik kembali setelah membaca bagaimana sejarah perjuangan guru-guru kita...
Pesantren Raudhatul Irfan, 30 November 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar