Berawal dari permasalahan limbah penggilingan tepung Aren pada tahun 2015, Jamur Merang hadir sebagai bagian dari solusi permasalahan tersebut. Sekali mendayung dua tiga pulau terlewati, masalah limbah mendapat solusi juga masyarakat punya usaha pangan dengan kandungan protein yang cukup tinggi, syarat kandungan gizi yang baik untuk kesehatan. Jamur merang dibudidayakan dalam bangunan yang disebut kumbung. Kami mulai dari satu dua kumbung hingga saat ini hampir 30 puluh kumbung. Namun Permasalahannya adalah jamur merang termasuk komoditas pertanian yang perishable (mudah rusak) dengan kandungan air dan laju respirasinya yang tinggi sehingga mempengaruhi umur simpanannya. Sehingga perlu penanganan pasca panen yang tepat untuk memperpanjang umur simpan jamur merang. Masalah itu kami rubah jadi peluang baru, bagaimana caranya?
Jawabannya adalah canned food atau makanan kaleng. Kami menyebutnya sebagai jamur merang kalengan, jamur merang yang kami kemas dalam kaleng. Makanan kaleng awalnya diperkenalkan oleh Nicolas Appert pada zaman raja Napoleon Bonaparte untuk mensuplai makanan bagi tentara Perancis yang sedang berperang. Nah sejak saat itu makanan kaleng muncul dan bertahan hingga sekarang. Kenapa makanan kaleng bisa bertahan cukup lama? Menurut artikel yang dirilis Student Association of Food Science and Technology, makanan kaleng bisa awet karena melalui proses termal atau sterilisasi. Sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi komersial yaitu proses pemanasan pada suhu tinggi (umumnya diatas 100 derajat celcius) selama waktu tertentu untuk membunuh mikroba perusak dan mikroba patogen serta menginaktifkan spora bakteri.
Jadi sebenarnya makanan kaleng itu bukan hanya berada dalam kaleng saja tetapi kemasan tertutup yang nantinya di sterilisasi kembali saat setelah dikemas. Bagaimana proses sterilisasi itu berlangsung? Alat yang digunakan untuk sterilisasi dalam kemasan disebut retort. Retort ini berbentuk tabung, baik horizontal maupun vertikal, memiliki ruang kosong didalamnya sebagai tempat untuk meletakan bahan yang akan di sterilisasi. Panas yang masuk ke retort disuplai dari uap panas (steam) yang dihasilkan oleh steam boiler. Jadi pemanasan dalam retort itu menggunakan energi panas yang ditransfer oleh steam. Kami dibimbing secara langsung oleh LIPI Yogyakarta yang pakar dibidang pengalengan makanan sehingga dipastikan Jamur Merang Kalengan kami aman dikonsumsi karena melalui tahapan dan proses yang sudah sesuai menurut pakar atau ahlinya.
Kami mulai akrab dengan istilah steamer, seamer, autoclave, boiler dan lain-lain. Meskipun permodalan untuk mesinnya dibantu oleh Bank Indonesia namun tetap saja kami harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menyiapkan rumah atau dapur khusus yang sesuai dengan kriteria BPPOM, dari mulai mesin, dapur, listrik, air, karyawan dan lain-lain hampir satu Milyar dana yang dibutuhkan. Sehingga proses dari mulai ide hingga siap dapur dan peralatan mesinnya aja waktunya cukup panjang. Namun sebagai anak muda kami tidak patah semangat, kami terus jalani, nikmati dan syukuri setiap jengkal prosesnya. Kedepan kami harus bekerja sama dengan ritel modern untuk memasarkan jamur kalengan ini setelah proses BPPOM, halal, izin edar dan serangkaian proses lainnya yang harus kami jalani agar produk Koperasi Aksi Karya Santri Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis bisa dipasarkan ke Seantero Nusantara bahkan impian kami bisa ekspor ke berbagai negara di Dunia. Impian yang saat ini sedikit demi sedikit menjadi kenyataan, semoga...Amin...
Pesantren Roudhotul Irfan ; Quranicpreneur Boarding School 24 September 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar