Penulis : Irfan Soleh
Pesantren Raudhatul Irfan Ciamis dan semua lembaga pendidikan tentu menginginkan peserta didiknya bisa bahagia. Bahkan tidak hanya bahagia didunia tapi juga kelak di akherat. Kami melakulan survei pada peserta didik kami dengan cara memberikan kertas dengan salah satu pertanyaannya adalah apa yang bisa membuat mereka bahagia mesantren dan sekolah di Smpit Irfani Qbs atau Smait Irfani Qbs . Jawaban mereka beragam namun dari situ kami jadi mengetahui bahwa mayoritas peserta didik kami harus diberitahu tentang makna kebahagiaan yang sebenarnya. Apa makna kebahagiaan? Bagaimana cara nya agar kita bahagia?
Bahagia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan atau perasaan senang dan tentram. Definisi bahagia dan kebahagiaan yang lebih komprehensif dijabarkan oleh Imam Al Ghazali dalam kitab Kimiyau Sa'adah (Kimia Kebahagiaan). Untuk bisa bahagia dan dengan apa kita bahagia, kita harus mengetahui atau mengenal diri sendiri. Di dalam diri kita terkumpul berbagai karakter antara lain karakter hewan, karakter binatang buas, dan karakter malaikat. Ruh adalah hakikat elemen diri kita sedangkan yang lain adalah asing dan sekedar pinjaman semata. Yang harus kita fahami adalah bagi masing-masing karakter tersebut memiliki kebutuhan makanan dan kebahagiaanya sendiri-sendiri.
Kebahagiaan hewan terletak pada makan, minum, tidur dan kawin (bersenggama). Kebahagiaannya hewan pada memuaskan perut dan kelamin. Kebahagiaan binatang buas terletak pada penghantaman dan terkaman. Kebahagiaan setan terletak pada tipu daya, kejahatan, dan pengelabuan. Sementara kebahagiaan malaikat terletak pada musyahadah (persaksian) kepada keindahan Hadirat Ketuhanan. Kebahagiaan mana yang kita pilih? Hewan, binatang buas, setan atau malaikat? Semua karakter tadi memang ada dalam diri kita dan kita harus mengetahui bahwa karakter-karakter tersebut diciptakan Allah bukan agar kita menjadi tawanannya tapi untuk kita kendalikan agar kita mendapat kebahagiaan yang hakiki. Siapa yang bisa mengendalikannya dengan baik? Jawabannya adalah orang yang bertaqwa.
Syekh Izzudin bin Abdussalam didalam kitab Maqashidur Ri'ayah membagi taqwa kedalam dua bagian yaitu pertama berkenaan dengan sikap hati seperti iman dan ikhlas dan kedua berkenaan dengan tindakan anggota tubuh seperti pandangan mata, sentuhan tangan, gerakan kaki, dan ucapan lidah. Agar bisa menjadi orang yang bertaqwa harus mengetahui ilmu syariat terutama ilmu tauhid untuk meluruskan akidah, fiqh untuk membenarkan ibadah dan tasawuf agar mewujud akhlaq mulia. Tasawuf menurut Syekh Zakaria Al Anshori adalah ilmu yang dengannya diketahui tentang pembersihan jiwa, perbaikan budi pekeri serta pembangunan lahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Jadi kalau ingin bahagia raihlah dengan taqwa dan akhlaq mulia.
Pesantren Roudhotul Irfan ; Quranicpreneur Boarding School, 22 September 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar